Evliya Celebi: Petualang Tersohor Di Masa Kejayaan Islam
Hampir seluruh belahan dunia telah dijelajahinya. Selama 40 tahun, Evliya Celebi melanglang buana ke berbagai penjuru dunia. Tak heran, jika Evliya ditabalkan sebagai petualang hebat dari Kekhalifahan Turki Usmani. Hasil petualangannya ke berbagai negara itu dituliskannya dalam sebuah buku perjalanan berjudul Seyahatname.
Evliya terlahir pada 25 Maret 1611 di Istanbul, Turki. Ayahnya adalah tukang emas yang mengabdikan diri untuk seorang penguasa Turki Usmani bernama Dervis Mehmed Zilli. Meski Evliya terlahir di Istanbul, kedua orangtuanya berasal dari Kutahya.
Dedikasi sang ayah untuk Kekhalifahan Turki Usmani membuat Evliya bisa mengenyam pendidikan yang sangat baik, dari kecil hingga remaja. Setamat sekolah dasar, di Kekhalifahan Turki Usmani, Evliya lalu melanjutkan studinya ke madrasah, yaitu sekolah yang berbasis pendidikan Islam selama tujuh tahun.
Di sela-sela masa studinya di madrasah, Evliya biasa membantu ayahnya bekerja di bengkel kerajinannya. Di tempat tersebut, sang ayah mengajarkannya berbagai macam keterampilan dan kesenian Turki, seperti, tezhip ( cara mendekorasi sampul buku dengan lukisan dan sepuhan emas), khat (cara menulis indah serta nakis (seni mendekorasi tembok dan langit-langit ruangan).
Evliya memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Ia mau belajar dari siapapun. Evliya belajar bahasa Yunani dari pekerja yang magang di bengkel kerajinan ayahnya. Empat tahun kemudian, Evliya belajar di Enderun, yakni, tempat belajar dan training bagi orang-orang yang akan bekerja di Kekhalifahan Turki Usmani.
Begitu lulus dari Enderun, Evliya menjadi pengawal Kaisar Murad IV pada 1636 dengan bantuan pamannya Melek Ahmed Pasa. Sejak kecil, Evliya terobsesi untuk berpetualang dan melakukan perjalanan jauh. Pasalnya ayahnya selalu bercerita tentang petualangannya yang menakjubkan selama melakukan perjalanan dan melayani para sultan, termasuk Sulaiman yang Agung.
Suatu ketika, Evliya bermimpi bertemu dengan Nabi SAW, dalam sebuah kumpulan jamaah yang sangat banyak di Masjid Ahi Celebidi Istambul. Ia sangat senang bisa bertemu dengan Nabi. Mimpi itu juga yang semakin membuatnya bersemangat untuk segera melakukan petualangan.
Bahkan, dia memilih hidup dengan berbagai macam petualangan. Evliya berobsesi juga menulis dan menceritakan berbagai macam hal yang akan dilihat dan ditemuinya dalam perjalanan panjangnya. Setelah bermimpi bertemu Nabi SAW, Evliya meminta nasihat kepada seorang Syeikh yang terkenal tentang keinginannya yang menggebu-gebu untuk segera melakukan perjalanan.
Syeikh tersebut menyarankannya untuk memulai perjalanan di sekitar kota Istanbul terlebih dulu. Setelah mendapatkan petuah yang cu kup, Evliya memulai perjalanannya yang pertama kali di sekitar Istanbul. Dia menulis dan menceritakan berbagai macam objek yang dia lihat dan datangi seperti berbagai macam bangunan, pasar, tokotoko, musik, literatur, festival, aga ma, serta adat-istiadat, serta kebudayaan.
Baru pada April 1640, dia mulai melakukan perjalanan pertamanya keluar dari kota Istanbul. Dia pergi menuju Bursa atau Pursa, sebuah kota di Barat Laut Turki bersama sahabatnya. Setelah melakukan petualangan ke kota itu, semangatnya untuk melakukan perjalanan panjang di seluruh kekuasaan Turki Usmani dan luar negeri kian menggebu
Evliya terkadang menemani para petinggi kekaisaran menuju daerah-daerah pedesaan yang terpencil, kadang melakukan perjalanan dengan misi yang ditugaskan dari Sultan, dan kadang juga ikut melakukan peperangan. Setelah melakukan perjalanan ke Izmit, Evliya pergi ke Trabzon di sebuah pantai di Laut Hitam menemani Ketenci Omer Pasa yang akan bertemu dengan Gubernur Izmit. Selama tinggal di Izmit, dia menyaksikan kegagalan tentara Turki Usmani menaklukan Kastil Azov.
Setelah itu, dia pindah ke Crimea dan menghabiskan musim dingin di tempat tersebut. Evliya baru kembali ke Istanbul, setelah Turki Usmani berhasil menaklukan Kastil Azov. Pada 1645, dia bersama tentara Turki Usmani menaklukan Pulau Kreta dan kembali ke Istanbul untuk beristirahat selama empat tahun.
Lalu dia mulai melakukan perjalanan lagi menuju Anatolia, mengunjungi Azerbaijan dan Georgia, bersama tentara Turki Usmani menaklukan para pemimpin lokal wilayah tersebut. Dia juga melakukan perjalanan ke Gumushane, sebuah provinsi di timur laut Turki.
Setelah menghabiskan musim dingin di Erzurum, Evliya ditugasi mengantarkan pesan kepada pemberontak Vardar Ali Pasa oleh penguasa Turki Usmani untuk membuat perjanjian damai. Ketika mengantarkan pesan tersebut, Evliya tersesat akibat badai salju yang hebat. Untunglah dia, bisa menemui sejumlah pemimpin pemberontak lainnya.
Pengalaman itu dikisahkannya dalam sebuah catatan tentang pemberontakan Vardar Ali Pasa secara komprehensif. Antara 1648-1650, Evliya melakukan perjalanan ke Damaskus. Dari perjalanan ini, dia melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai negara Suriah dan Palestina. Lalu dia kembali ke Istanbul. Ia lalu menemani pamannya, Melek Ahmed Pasa untuk bertemu dengan perdana menteri.
Evliya paham betul berbabai intrik politik yang tengah terjadi di Kekhalifahan Turki Usmani. Selama menemani perdana menteri, Evliya memiliki kesempatan mengunjungi Balkan antara 1651-1653. Sekembalinya dari Balkan, dia mengunjungi Anatolia bagian timur dan Iran. Dia menghabiskan waktu dengan Sekte Yezidis yang percaya bahwa Ali adalah Tuhan dalam bentuk manusia. Dia mengetahui banyak informasi mengenai sekte sesat tersebut.
Setelah itu, dia melakukan perjalanan lagi dengan pamannya Melek Ahmed Pasa menuju Bosnia. Lalu, pada1660, dia mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Kose Ali Pasa. Selama ekspedisi tersebut, dia melakukan eksplorasi ke Albania, Bohemia dan wilayah sekitarnya.
Setelah menghabiskan musim dingin di Belgrade, dia kembali ke Istanbul. Lalu dia bergabung dengan pasukan Fazil Ahmed Pasa menyerang Austria. Selama masa ekspedisi, Evliya juga mengunjungi Swedia dan Belanda. Kemudian dia kembali lagi ke Balkan untuk mengunjungi Edirne, Komotini dan Salonika.
Ia lalu melanjutkan perjalanannya ke Pulau Kreta di Yunani. Ia menyaksikan kehebatan tentara Turki Usmani. Setelah itu, ia mengunjungi pantai Adriatik melalui Albania dan kembali ke Istanbul pada 1670.
Merasa berdosa karena belum pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah, Evliya kembali ke Istanbul untuk mempersiapkan perjalanannya yang terakhir. Dia menuju Makkah melalui bagian barat Anatolia, kemudian melewati Scio dan Rhodes, melewati selatan Anatolia dan bergabung dengan jamaah haji di Suriah. Ia pun berhasil menunaikan rukun Islam ke lima itu.
Seusai menunaikan ibadah haji di Makkah, dia menuju Mesir melalui terusan Suez bersama jamaah haji Mesir. Kemudian menuju Sudan dan Ethiopia, ia tinggal di sana cukup lama. Namun tidak ada catatan sejarah di mana sang petualang menghembuskan nafas terakhirnya.
Evliya memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Ia mau belajar dari siapapun. Evliya belajar bahasa Yunani dari pekerja yang magang di bengkel kerajinan ayahnya. Empat tahun kemudian, Evliya belajar di Enderun, yakni, tempat belajar dan training bagi orang-orang yang akan bekerja di Kekhalifahan Turki Usmani.
Begitu lulus dari Enderun, Evliya menjadi pengawal Kaisar Murad IV pada 1636 dengan bantuan pamannya Melek Ahmed Pasa. Sejak kecil, Evliya terobsesi untuk berpetualang dan melakukan perjalanan jauh. Pasalnya ayahnya selalu bercerita tentang petualangannya yang menakjubkan selama melakukan perjalanan dan melayani para sultan, termasuk Sulaiman yang Agung.
Suatu ketika, Evliya bermimpi bertemu dengan Nabi SAW, dalam sebuah kumpulan jamaah yang sangat banyak di Masjid Ahi Celebidi Istambul. Ia sangat senang bisa bertemu dengan Nabi. Mimpi itu juga yang semakin membuatnya bersemangat untuk segera melakukan petualangan.
Bahkan, dia memilih hidup dengan berbagai macam petualangan. Evliya berobsesi juga menulis dan menceritakan berbagai macam hal yang akan dilihat dan ditemuinya dalam perjalanan panjangnya. Setelah bermimpi bertemu Nabi SAW, Evliya meminta nasihat kepada seorang Syeikh yang terkenal tentang keinginannya yang menggebu-gebu untuk segera melakukan perjalanan.
Syeikh tersebut menyarankannya untuk memulai perjalanan di sekitar kota Istanbul terlebih dulu. Setelah mendapatkan petuah yang cu kup, Evliya memulai perjalanannya yang pertama kali di sekitar Istanbul. Dia menulis dan menceritakan berbagai macam objek yang dia lihat dan datangi seperti berbagai macam bangunan, pasar, tokotoko, musik, literatur, festival, aga ma, serta adat-istiadat, serta kebudayaan.
Baru pada April 1640, dia mulai melakukan perjalanan pertamanya keluar dari kota Istanbul. Dia pergi menuju Bursa atau Pursa, sebuah kota di Barat Laut Turki bersama sahabatnya. Setelah melakukan petualangan ke kota itu, semangatnya untuk melakukan perjalanan panjang di seluruh kekuasaan Turki Usmani dan luar negeri kian menggebu
Evliya terkadang menemani para petinggi kekaisaran menuju daerah-daerah pedesaan yang terpencil, kadang melakukan perjalanan dengan misi yang ditugaskan dari Sultan, dan kadang juga ikut melakukan peperangan. Setelah melakukan perjalanan ke Izmit, Evliya pergi ke Trabzon di sebuah pantai di Laut Hitam menemani Ketenci Omer Pasa yang akan bertemu dengan Gubernur Izmit. Selama tinggal di Izmit, dia menyaksikan kegagalan tentara Turki Usmani menaklukan Kastil Azov.
Setelah itu, dia pindah ke Crimea dan menghabiskan musim dingin di tempat tersebut. Evliya baru kembali ke Istanbul, setelah Turki Usmani berhasil menaklukan Kastil Azov. Pada 1645, dia bersama tentara Turki Usmani menaklukan Pulau Kreta dan kembali ke Istanbul untuk beristirahat selama empat tahun.
Lalu dia mulai melakukan perjalanan lagi menuju Anatolia, mengunjungi Azerbaijan dan Georgia, bersama tentara Turki Usmani menaklukan para pemimpin lokal wilayah tersebut. Dia juga melakukan perjalanan ke Gumushane, sebuah provinsi di timur laut Turki.
Setelah menghabiskan musim dingin di Erzurum, Evliya ditugasi mengantarkan pesan kepada pemberontak Vardar Ali Pasa oleh penguasa Turki Usmani untuk membuat perjanjian damai. Ketika mengantarkan pesan tersebut, Evliya tersesat akibat badai salju yang hebat. Untunglah dia, bisa menemui sejumlah pemimpin pemberontak lainnya.
Pengalaman itu dikisahkannya dalam sebuah catatan tentang pemberontakan Vardar Ali Pasa secara komprehensif. Antara 1648-1650, Evliya melakukan perjalanan ke Damaskus. Dari perjalanan ini, dia melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai negara Suriah dan Palestina. Lalu dia kembali ke Istanbul. Ia lalu menemani pamannya, Melek Ahmed Pasa untuk bertemu dengan perdana menteri.
Evliya paham betul berbabai intrik politik yang tengah terjadi di Kekhalifahan Turki Usmani. Selama menemani perdana menteri, Evliya memiliki kesempatan mengunjungi Balkan antara 1651-1653. Sekembalinya dari Balkan, dia mengunjungi Anatolia bagian timur dan Iran. Dia menghabiskan waktu dengan Sekte Yezidis yang percaya bahwa Ali adalah Tuhan dalam bentuk manusia. Dia mengetahui banyak informasi mengenai sekte sesat tersebut.
Setelah itu, dia melakukan perjalanan lagi dengan pamannya Melek Ahmed Pasa menuju Bosnia. Lalu, pada1660, dia mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Kose Ali Pasa. Selama ekspedisi tersebut, dia melakukan eksplorasi ke Albania, Bohemia dan wilayah sekitarnya.
Setelah menghabiskan musim dingin di Belgrade, dia kembali ke Istanbul. Lalu dia bergabung dengan pasukan Fazil Ahmed Pasa menyerang Austria. Selama masa ekspedisi, Evliya juga mengunjungi Swedia dan Belanda. Kemudian dia kembali lagi ke Balkan untuk mengunjungi Edirne, Komotini dan Salonika.
Ia lalu melanjutkan perjalanannya ke Pulau Kreta di Yunani. Ia menyaksikan kehebatan tentara Turki Usmani. Setelah itu, ia mengunjungi pantai Adriatik melalui Albania dan kembali ke Istanbul pada 1670.
Merasa berdosa karena belum pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah, Evliya kembali ke Istanbul untuk mempersiapkan perjalanannya yang terakhir. Dia menuju Makkah melalui bagian barat Anatolia, kemudian melewati Scio dan Rhodes, melewati selatan Anatolia dan bergabung dengan jamaah haji di Suriah. Ia pun berhasil menunaikan rukun Islam ke lima itu.
Seusai menunaikan ibadah haji di Makkah, dia menuju Mesir melalui terusan Suez bersama jamaah haji Mesir. Kemudian menuju Sudan dan Ethiopia, ia tinggal di sana cukup lama. Namun tidak ada catatan sejarah di mana sang petualang menghembuskan nafas terakhirnya.
Ada dua perkiraan, yakni di Mesir atau di Istanbul. Meski begitu, kiprah dan dedikasinya sebagai seorang petualang Muslim di zaman kejayaan Turki Usmani hingga kini masih tetap dikenang.
SEYAHATNAME Kisah Perjalanan Sang Petualang
Seyahatname berarti sebuah buku perjalanan. Ini merupakan karya besar Evliya Celebi. Dalam buku tersebut, dia menuliskan dan menceritakan berbagai macam pengalamannya. Seyahatname terdiri dari 10 volume yang menggambarkan secara detail beragam pengalaman yang dialami Evliya diwilayahwilayah yang dikunjunginya.
Dia menuliskan tentang komunitas , gaya hidup, bahasa, maupun budaya orang-orang di wilayah tersebut. Buku tersebut merupakan catatan yang komprehensif untuk menggambarkan kehidupan pada abad ke-17 M. Evliya mampu menggambarkan objek-objek yang dilihatnya secara mendetail dan menarik.
Selain itu, Evliya menuliskan bukunya dengan cara sederhana, sehingga mudah dipahami orang awam. Dia tidak khawatir dengan kesalahan tata bahasa, asalkan yang membacanya paham.
Seyahatnamesangat baik dalam menggambarkan hubungan Kekhalifahan Turki Usmani dengan negara-negara lain. Buku tersebut, merupakan sumber informasi yang berharga pasalnya buku tersebut mencakup pengetahuan tentang budaya, sejarah, geografi, cerita rakyat, bahasa, sosiologi, arsitektur, dan ekonomi.
Evliya tidak hanya menuliskan apa yang dia lihat dan dengar saja. Tetapi, dia juga berusaha menggambarkan kemajuan umat manusia di setiap bidang pada masa itu. Dia menuliskan tentang berbagai macam bangunan-bangunan penting seperti kerajaan, kastil, benteng, maupun masjid.
Dia juga menuliskan biografi orang-orang yang penting dan terkenal, karakter bangsa di setiap wilayah yang dikunjungi, juga kepercayaankepercayaan mereka. Buku Seyahatnamevolume I hingga VIII diterbitkan pada 1896-1928 dalam bahasa Arab.
Sedangkan volume IX dan X Seyahatnamedipublikasikann pada 1935-1938 dalam bahasa Latin. Seyahatnamejuga dialihbahasakan ke bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, Hungaria, Romania, Bulgaria, Serbia, Yunani, Armenia dan bahasa-bahasa asing lainnya. Ada sebuah rumor bahwa Evliya juga membuat buku keduanya yang berjudul Sakaname.
SEYAHATNAME Kisah Perjalanan Sang Petualang
Seyahatname berarti sebuah buku perjalanan. Ini merupakan karya besar Evliya Celebi. Dalam buku tersebut, dia menuliskan dan menceritakan berbagai macam pengalamannya. Seyahatname terdiri dari 10 volume yang menggambarkan secara detail beragam pengalaman yang dialami Evliya diwilayahwilayah yang dikunjunginya.
Dia menuliskan tentang komunitas , gaya hidup, bahasa, maupun budaya orang-orang di wilayah tersebut. Buku tersebut merupakan catatan yang komprehensif untuk menggambarkan kehidupan pada abad ke-17 M. Evliya mampu menggambarkan objek-objek yang dilihatnya secara mendetail dan menarik.
Selain itu, Evliya menuliskan bukunya dengan cara sederhana, sehingga mudah dipahami orang awam. Dia tidak khawatir dengan kesalahan tata bahasa, asalkan yang membacanya paham.
Seyahatnamesangat baik dalam menggambarkan hubungan Kekhalifahan Turki Usmani dengan negara-negara lain. Buku tersebut, merupakan sumber informasi yang berharga pasalnya buku tersebut mencakup pengetahuan tentang budaya, sejarah, geografi, cerita rakyat, bahasa, sosiologi, arsitektur, dan ekonomi.
Evliya tidak hanya menuliskan apa yang dia lihat dan dengar saja. Tetapi, dia juga berusaha menggambarkan kemajuan umat manusia di setiap bidang pada masa itu. Dia menuliskan tentang berbagai macam bangunan-bangunan penting seperti kerajaan, kastil, benteng, maupun masjid.
Dia juga menuliskan biografi orang-orang yang penting dan terkenal, karakter bangsa di setiap wilayah yang dikunjungi, juga kepercayaankepercayaan mereka. Buku Seyahatnamevolume I hingga VIII diterbitkan pada 1896-1928 dalam bahasa Arab.
Sedangkan volume IX dan X Seyahatnamedipublikasikann pada 1935-1938 dalam bahasa Latin. Seyahatnamejuga dialihbahasakan ke bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, Hungaria, Romania, Bulgaria, Serbia, Yunani, Armenia dan bahasa-bahasa asing lainnya. Ada sebuah rumor bahwa Evliya juga membuat buku keduanya yang berjudul Sakaname.
Namun buku tersebut hingga saat ini belum ditemukan keberadaannya. Evliya juga menuliskan sejumlah kata-kata asli dari setiap wilayah yang dia kunjungi selama melakukan perjalanan. Dia juga menuliskan 30 dialek bahasa Turki dan 30 katalog bahasa asing lainnya di buku Seyahatname. Dia sempat menuliskan persamaan antara bahasa Persia dengan bahasa Jerman. Dalam buku tersebut dia mendeskripsikan berbagai macam bahasa Kaukasia, Tsakonian, Kudish, dan Ubykh.(rpb)www.suaramedia.co
m
m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar